Arabiyy

Tegakkanlah Agama Dan Janganlah Kamu Berpecah Belah

Kesesatan Tasawwuf dan Tariqat

Siapakah Pengasas Ilmu Tasawwuf?

Ibnu ‘Ajibah, seorang Sufi Fatimi, mendakwa bahawa peletak ilmu Tasawuf adalah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sendiri. Baginda salallahu ‘alaihi wa sallam, menurut Ibnu ‘Ajibah, mendapatkannya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui wahyu dan ilham.
Kemudian Ibnu ‘Ajibah berbicara panjang lebar tentang hal ini dengan sekian banyak bumbu keanehan dan kedustaan, kononnya, “Jibril pertama kali turun kepada Rosulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa ilmu syariat. Dan ketika ilmu itu telah mantap, maka turunlah ia untuk kedua kalinya dengan membawa ilmu hakikat (tasawwuf).
Beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam pun mengajarkan ilmu hakikat ini pada orang-orang khusus saja. Dan yang pertama kali menyampaikan Tasawuf adalah ‘Ali bin Abi Thalib radliyallahu anhu, dan Al-Hasan al-Bashriy rahimahullah menimba darinya”. [Iqaz al-Himam Fi Sharh al-Hikam, halaman 5 dinukil dari At-Tasawuf Min Shuwar al-Jahiliyah, halaman 8].

Asy-Syaikh Muhammad Aman bin ‘Ali al-Jami rahimahullah berkata, “Perkataan Ibnu ‘Ajibah ini merupakan tuduhan keji lagi lancang terhadap Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Dengan kedustaan, ia telah menuduh bahwa beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam menyembunyikan kebenaran. Dan tidaklah seseorang menuduh Nabi dengan tuduhan tersebut, kecuali seorang zindiq yang keluar dari Islam dan berusaha untuk memalingkan manusia dari Islam jika ia mampu. Kerana Allah Subhanahu wa ta’ala telah perintahkan Rosul-Nya Shalallahu alaihi wa sallam untuk menyampaikan kebenaran tersebut dalam firman-Nya,

يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآ أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِن رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَه

“Wahai Rosul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu oleh Rabbmu. Dan jika engkau tidak melakukannya, maka engkau tidak menyampaikan risalah-Nya”. [QS al-Maidah/ 5: 67].

Beliau juga berkata, “Adapun pengkhususan Ahlul Bait dengan sesuatu dari ilmu dan agama, maka ini merupakan pemikiran yang diwarisi orang-orang Sufi dari pemimpin-pemimpin mereka (yaitu Syi’ah).

Dan benar-benar Ali bin Abi Thalib radliayallahu anhu sendiri yang membantahnya, sebagaimana diriwayatkan Al-Imam Muslim rahimahullah dari hadits Abu Thufail Amir bin Watsilah radliyallahu anhu. Ia berkata, “Suatu saat aku pernah berada di sisi Ali bin Abi Thalib radliyallahu anhu. Maka datanglah seorang laki-laki seraya berkata, ‘Apa yang pernah dirahasiakan oleh Nabi Shalallahu alaihi wa sallam kepadamu?’
Maka Ali pun marah lalu mengatakan, ‘Nabi Shalallahu alaihi wa sallam belum pernah merahasiakan sesuatu kepadaku yang tidak disampaikan kepada manusia! Hanya saja beliau Shalallahu alaihi wa sallam pernah memberitahukan kepadaku tentang empat perkara’. Abu Thufail radliyallahu anhu berkata, ‘Apa empat perkara itu wahai Amirul Mukminin?’.

Beliau menjawab, ‘Rosulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Allah melaknat seseorang yang melaknat kedua orang tuanya, Allah melaknat seorang yang menyembelih untuk selain Allah, Allah melaknat seorang yang melindungi pelaku kejahatan, dan Allah melaknat seorang yang mengubah tanda batas tanah”. [At-Tasawuf Min Suwar al-Jahiliyyah, halaman 7].

Sesiapa membaca buku Talbis karya al-Imam al-Hafiz Ibn al-Jawzi, ia pasti dapat melihat kesesatan dan kezindiqan para pemuka tasawwuf, melihat dengan jelas bhw ahli2 tasawwuf itu bkn tokoh2 mu’tabar dan bukan imam Ahl al-Sunnah. Di dalam tasawwuf sesat itu penuh dengan ruh majusi dan syiah.

Kesimpulan, ahli2 sufi palsu dan tasawwuf bukan ahli sunnah, mrk terkeluar dari manhaj ahl sunnah.

Single Post Navigation

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: