Arabiyy

Tegakkanlah Agama Dan Janganlah Kamu Berpecah Belah

Archive for the day “August 16, 2016”

Sufi ada yang kafir

Berkata al-Imam Ibnu ‘Aqiil, “Kesudahan perkataan orang-orang sufi mengingkari kenabian. Bila mereka berbicara tentang Ahli Hadith, mereka katakan, “Mereka (ahli hadith) mengambil ilmu orang mati dari yang mati (Nabi), maka mereka telah menolak kenabian.

Mereka merasa cukup dengan ilmu mereka, bila mereka menghina jalan (ahli hadits) tentu mereka tidak akan simpati mengambil ilmu melalui jalan tersebut. Barangsiapa yang berkata, ”Telah menceritakan kepadaku hatiku dari Tuhanku” maka ia telah terus terang tidak perlu kepada Rosul shallallahu alahi wa sallam. Barangsiapa yang menyatakan demikian maka sungguhnya ia telah kafir.

Kalimat ini telah disusupkan kedalam agama, yang tersembunyi dibawahnya sebuah ke-zindiq-kan (kemunafikkan kekufuran).

Jika kita melihat seseorang mencela alquran dan hadits, pasti kita tahu bahwa ia telah mengingkari perintah syariat. Orang yang mengatakan, ”Telah menceritakan kepadaku hatiku dari Tuhanku” semestinya ia sangsi, bahwa itu adalah bisikan setan.

Sesungguhnya Allah telah berfirman,

وَ إِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ

“Sesungguhnya syaitan-syaitan itu mewahyukan (membisikkan) kepada kawan-kawannya”. [QS al-An’am/ 6: 121].

Dan ini amat jelas, kerana ia meninggalkan dalil yang maksum dan memilih apa yang terbetik dalam hatinya yang tidak dapat dipastikan selamat dari bisikan-bisikan syaitan”.
Talbis, 451.

Menghina hadith, Nabi dan syariah adalah kekufuran.

Tasawwuf dan Jahmiyyah

Puak tariqat dan jahmiyyah sama sahaja spt seperti khawarij dan syiah. Mereka mengkafirkan orang yang menyanggah mereka, dan mrk itu menzahirkan ibadat yang zahirnya hebat, tetapi sebenarnya kosong.

penilaian benar atau tidaknya sesuatu fahaman atau aliran bukan cuma dilihat dari pengakuan lisan atau penampilan zahir semata, akan tetapi yang menjadi barometer adalah sesuai tidaknya pemahaman tersebut dengan Al Quran dan As Sunnah menurut apa yang difahami salafush shalih.

Sebagai bukti akan hal ini kisah khawarij, kelompok sesat yang muncul dalam islam yang diperangi oleh para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di bawah pimpinan Ali Bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berdasarkan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Padahal kalau kita melihat pengakuan lisan, amalan dan penampilan zahir kelompok khawarij ini , maka tidak akan ada seorang pun yang menduga bahwa mereka menyembunyikan penyimpangan dan kesesatan yang besar dalam batin mereka, sebagaimana yang digambarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau menjelaskan ciri-ciri kelompok khawarij ini, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“…Mereka (orang-orang khawarij) selalu mengucapkan (secara zahir) kata-kata yang baik dan indah, dan mereka selalu membaca Al Quran tapi (bacaan tersebut) tidak melampaui tenggorokan mereka (tidak masuk ke dalam hati mereka)…” (HR Imam Muslim 7/175, Syarh An Nawawi, cet. Darul Qalam, dari ‘Ali bin Abi Talib radhiyallahu ‘anhu).

Dan dalam riwayat yang lain beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“… Bacaan Al Quran kalian (wahai para sahabatku) tidak ada artinya (tidak setanding) jika dibandingkan dengan bacaan Al Quran mereka, (demikian pula) shalat kalian tidak ada artinya jika dibandingkan dengan shalat mereka, (demikian pula) puasa kalian tidak ada artinya jika dibandingkan dengan puasa mereka (HR Imam Muslim 7/175, Syarh An Nawawi, cet. Darul Qalam, dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu)

Kesesatan Yaqazah Zindiq

Menurut aqidah Ahl al-Sunnah wa al Jama’ah, seeorang manusia tidak akan dapat melihat Rasulullah saw melainkan dalam mimipi, itu pun sekiranya ia seorang yang salih. Rasulullah saw hanya akan muncul pada Hari Qiyamat. Dari Abu hurayrah r.a. ia berkata, Nabi saw bersabda ,
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ ، وَأَوَّلُ شَافِعٍ ، وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ ”
“Saya pemimpin sekalian anak Adam pada hari Qiyamat, yang terawal keluar dari kubur (terawal dibangkitkan), terawal memberi syafaat dan terawal diizinkan Allah utk memberi syafaaat.”.  [Sahih Muslim, Kitab al-Fada’il, hadith 4230].

Di kalangan puak sufi zindiq sesat, ada yang mengatakan bahawa Rasulullah sallallahu ‘alayhi wa sallam boleh dilihat dengan menjelma sebagai seorang syaikh tarekat mereka kononnya, Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam dapat dilihat dengan mata hati bukan mata kepala, Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam dapat dilihat dalam keadaan antara tidur dan jaga ataupun yang dilihat itu adalah ruh baginda bukan jasadnya.

Pendapat terakhir ini diucapkan oleh tokoh Sufi zaman ini iaitu Muhammad ‘Alawi al-Maliki dalam kitab az-Zakha’ir al-Muhammadiyyah halaman 259. [Khasa’ish al-Mustafa, halaman 217-218].

Kesesatan Tasawwuf dan Tariqat

Siapakah Pengasas Ilmu Tasawwuf?

Ibnu ‘Ajibah, seorang Sufi Fatimi, mendakwa bahawa peletak ilmu Tasawuf adalah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sendiri. Baginda salallahu ‘alaihi wa sallam, menurut Ibnu ‘Ajibah, mendapatkannya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui wahyu dan ilham.
Kemudian Ibnu ‘Ajibah berbicara panjang lebar tentang hal ini dengan sekian banyak bumbu keanehan dan kedustaan, kononnya, “Jibril pertama kali turun kepada Rosulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa ilmu syariat. Dan ketika ilmu itu telah mantap, maka turunlah ia untuk kedua kalinya dengan membawa ilmu hakikat (tasawwuf).
Beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam pun mengajarkan ilmu hakikat ini pada orang-orang khusus saja. Dan yang pertama kali menyampaikan Tasawuf adalah ‘Ali bin Abi Thalib radliyallahu anhu, dan Al-Hasan al-Bashriy rahimahullah menimba darinya”. [Iqaz al-Himam Fi Sharh al-Hikam, halaman 5 dinukil dari At-Tasawuf Min Shuwar al-Jahiliyah, halaman 8].

Asy-Syaikh Muhammad Aman bin ‘Ali al-Jami rahimahullah berkata, “Perkataan Ibnu ‘Ajibah ini merupakan tuduhan keji lagi lancang terhadap Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Dengan kedustaan, ia telah menuduh bahwa beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam menyembunyikan kebenaran. Dan tidaklah seseorang menuduh Nabi dengan tuduhan tersebut, kecuali seorang zindiq yang keluar dari Islam dan berusaha untuk memalingkan manusia dari Islam jika ia mampu. Kerana Allah Subhanahu wa ta’ala telah perintahkan Rosul-Nya Shalallahu alaihi wa sallam untuk menyampaikan kebenaran tersebut dalam firman-Nya,

يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآ أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِن رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَه

“Wahai Rosul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu oleh Rabbmu. Dan jika engkau tidak melakukannya, maka engkau tidak menyampaikan risalah-Nya”. [QS al-Maidah/ 5: 67].

Beliau juga berkata, “Adapun pengkhususan Ahlul Bait dengan sesuatu dari ilmu dan agama, maka ini merupakan pemikiran yang diwarisi orang-orang Sufi dari pemimpin-pemimpin mereka (yaitu Syi’ah).

Dan benar-benar Ali bin Abi Thalib radliayallahu anhu sendiri yang membantahnya, sebagaimana diriwayatkan Al-Imam Muslim rahimahullah dari hadits Abu Thufail Amir bin Watsilah radliyallahu anhu. Ia berkata, “Suatu saat aku pernah berada di sisi Ali bin Abi Thalib radliyallahu anhu. Maka datanglah seorang laki-laki seraya berkata, ‘Apa yang pernah dirahasiakan oleh Nabi Shalallahu alaihi wa sallam kepadamu?’
Maka Ali pun marah lalu mengatakan, ‘Nabi Shalallahu alaihi wa sallam belum pernah merahasiakan sesuatu kepadaku yang tidak disampaikan kepada manusia! Hanya saja beliau Shalallahu alaihi wa sallam pernah memberitahukan kepadaku tentang empat perkara’. Abu Thufail radliyallahu anhu berkata, ‘Apa empat perkara itu wahai Amirul Mukminin?’.

Beliau menjawab, ‘Rosulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Allah melaknat seseorang yang melaknat kedua orang tuanya, Allah melaknat seorang yang menyembelih untuk selain Allah, Allah melaknat seorang yang melindungi pelaku kejahatan, dan Allah melaknat seorang yang mengubah tanda batas tanah”. [At-Tasawuf Min Suwar al-Jahiliyyah, halaman 7].

Sesiapa membaca buku Talbis karya al-Imam al-Hafiz Ibn al-Jawzi, ia pasti dapat melihat kesesatan dan kezindiqan para pemuka tasawwuf, melihat dengan jelas bhw ahli2 tasawwuf itu bkn tokoh2 mu’tabar dan bukan imam Ahl al-Sunnah. Di dalam tasawwuf sesat itu penuh dengan ruh majusi dan syiah.

Kesimpulan, ahli2 sufi palsu dan tasawwuf bukan ahli sunnah, mrk terkeluar dari manhaj ahl sunnah.

Falsafah Sifat 20

Soalan: Salam, benarkah kenyataan ini, “sesiapa yang mengatakan sifat 20 batil, maka ia murtad?”
Di manakah kesilapan sifat 20?

Jawapan:
Ini fatawa budak2 hingusan yang tiada asasnya dalam islam. Ini kerana hukum kafir murtad tidak boleh sewenang2nya, mesti ada syarat2 dan ternafi segala mawani’.
Murtad tidak berlaku melainkan menentang al-Quran, hadith dan ijma’ salaf. Sifat 20 dan huraiannya oleh tokoh2 mu’tazilah tidak termasuk ijma’, ia hanyalah falsafah tokoh2 tertentu yg mereka nukil dari tokoh2 falsafah yunani spt aristotle dan plato yg membahaskan sifat2 aqliyyah bagi Allah.
Kesilapan huraian dan perbahasan sifat 20 ada dalam kesilapan falsafah mu’tazilah dan ghulat asha’irah spt yg jelas dlm buku2 mereka.
Cthnya: sifat qidam dan baqa’ diperselisihkan oleh tokoh2 asha’irah sendiri, adakah ia sifat Allah atau bukan.

Antara kesilapan sifat 20 ialah ;

1. Hujah aqidah yg qat’iyyah di sisi asha’irah mutakhir adalah aqal, na’am. Bkn quran hadith dan ijma’ salaf krn menurut mereka merujuk zahir quran hadith dlm aqidah adalah kufr spt kata Sanusi dlm 3 bukunya. Ini batil kerana akal sifatnya lemah dan dangkal tidak dapat memikirkan tentang sifat2 Allah dan perkara2 ghaib.

2. Kedua: menurut asha’irah , hadith sahih bkn sumber aqidah, sumber aqidah hanyalah al-Quran dan Hadith Mutawatir. Itupun wajib dita’wil dan diukur oleh ilmu kalam…ini manhaj mu’tazilah yg dipegang ramai orang hari ini. Ini kesilapan besar…Hatta sifat2 Allah dlm al-quran dan mutawatir dita’wil kepada makna yang marjuh (batil) atau ditafwidh secara mutlaq. Asha’irah qudama’ pula ithbat sifat2 zatiyyah Allah.

3. Ketiga salah dlm mentafsirkan al-ilah dan al uluhiyyah sebagai Khaliq atau Qadir sahaja sehingga mrk memandang harus berdoa kpd selain Allah. . Tafsiran ini batil dan tidak sah.
الصحيح لا معبود بحق الا الله لا مشرع الا الله ، لا نستعين الا به لا معظم الا هو ، الدعاء والصلاة والنذر والنسك والذبيحة له، لا محبوب الا هو هكذا
لا نتقرب إليه الا بما شرع وسنه الرسول صلى الله عليه وسلم

Akibatnya, berleluasa syirik dan bid’ah dalam masyarakat.

4. Teori kasb al Ash’ari رحمه الله yg beliau letak xditarik balik hingga kini sdgkan ianya teori jabariyyah tulen yang batil sebenarnya. Antara maksud kasb al-Ash’ari ialah,

  • Allah is the Real Agent (fa`il) and really creates (yaf`aluhu `ala haqiqatihi).
  • Man acquires the action by virtue of a mediating originated power created by Allah in him.
  • Hence, man is not an agent (fa`il), i.e. a maker of his own actions. Ini batil. Yang sahih, fa’il haqiqi terhadap perbuatan2 hamba (af’al al-‘ibad) ialah manusia sendiri setelah diberi qudrat oleh Allah. Dengan itu, manusia bertanggungjawab atas segala perbuatannya. Sekiranya fa’il haqiqi segala perbuatan hamba adalah Allah, maka manusia tidaklah bersalah atas segala perbuatannya! tidak berhak mendapat pahala dan dosa!

5. Begitu jg takrif iman asha’irah غفر الله لنا ولهم zahirnya menyalahi ijma’ salaf. Iman menurut Asha’irah  hanya tasdiq (percaya dalam hati), manakala amalan dan lafaz dengan lidah tidak termasuk dalam iman. Ini kesesatan irjaa’. Iman menurut Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah adalah gabungan tasdiq, iqrar lidah dan amalan dengan anggota serta mengikuti sunnah.

6. Begitu jg kalam nafsi. kononnya kalam Allah hanyalah kalam dalam diriNYA, lafaz al-Quran adalah lafaz jibril dan Muhammad (majaz), bkn kalam Allah yang haqiqi. konon Allah berkata2 tanpa huruf dan suara. Menurut aqidah ASWJ, Allah berkata dengan huruf dan suara, al-Quran adalah kalamNya yang haqiqi meliputi lafaz dan maknanya.

7. Bid’ah ta’wil mu’tazilah. Ta’wilan asha’irah terhadap Sifat2 Allah spt istiwa’, nuzul, wajh , yad dll diambil dari jahmiyyah mu’tazilah, inna lillah..
Ya, sebahagian mereka tafwidh mutlaq dan ada juga yang ithbat. Mereka merapu2 dalam hal ini berpecah-pecah. Ada yang mewajibkan ta’wil sehingga mengkafirkan org yg tidak menta’wil. Ada yang mengharuskan ta’wil tanpa mengkafirkan. Ada yang mengatakan manhaj asha’irah yang sebenar ialah tafwidh mutlaq.

8. bab awwal wajib, nazar, qasd, ma’rifah dll yg merupakan perbahasan mu’tazilah yg masih kekal dalam asha’irah. ini diperakui oleh tokoh besar asha’irah Abu Ja’far al-Simnani. Menurut ibn furak, al-baqillani dn abu ishaq isfirayini xsah iman, sekiranya tidak mengetahui kaedah2 aqliyah yg mrk susun dan karang. ini dibantah keras oleh al-Ghazali krn menyempitkan seuatu yang mudah. yg sahih awwal wajib bukan nazar aqli atau shakk, tetapi ialah mengucap dua kalimah syahadah. al-Nawawi dan Ibn Hajar juga membantah kenyataan asha’irah ini.

Oleh itu, kembalilah kpd manhaj Nabi, Sahabat, manhaj salaf, manhaj Imam Yang Empat. Semoga mendapat hidayah dan mati di atas Aqidah Sunnah.

 

Post Navigation